Beliau
adalah Ibrahim bin Adham bin Mansur bin Yazid bin Jabir, dia seorang
imam yang arif, pemimpinnya orang-orang zuhud, dan dia mempunyai julukan
“Abu Ishaq al-‘Izli, ada yang mengatakan at-Tamimi, al-Khurasani,
al-Balkhi, salah satu daerah di Syam. Beliau dilahirkan di Makkah pada
akhir-akhir tahun ke 100H.
Sekelumit kisah Ibrahim bin Adham dalam mendapatkan hidayah
Ibrahim bin Bassyar bercerita, Aku berkata kepada Ibrahim bin Adham:
“Wahai Abu Ishaq (Ibrahim bin Adham) bagaimana permulaan kisahmu hingga
engkau menjadi seperti ini ?”. Maka ia berkata: “Tanyakan yang lain
saja, karena hal itu lebih baik bagimu”. Akupun berkata: “Betul apa yang
kau katakan, akan tetapi jika kau kabarkan kepadaku (tentang kisahmu
-red) mungkin hal itu bisa bermanfaat bagiku pada suatu hari nanti”,
kemudian aku mengulangi perkataanku. Maka iapun berkata: “Celaka engkau,
lebih baik kau sibukan diri terhadap Allah”. Maka aku bertanya untuk
ketiga kalinya. Maka ia berkata: “ Dahulu bapakku dari (penduduk)
Balkha, dan dia seorang raja Kharasan. Kami di berikan kesenangan (hobi)
berburu, maka (pada suatu hari) aku keluar menunggangi kudaku dan
anjingku bersamaku, maka ketika aku melihat Kelinci atau Rubah akupun
memacu kudaku, akan tetapi tiba-tiba aku mendengar seruan seorang
penyeru dari arah belakangku, yang berkata: “Bukan untuk hal tersebut
engkau diciptakan, dan bukan untuk hal itu engkau diperintahkan!”. Maka
akupun menghentikan (langkah kudaku), dan aku melihat kesebelah kanan
dan kekiriku, akan tetapi aku tidak melihat siapapun, maka aku katakan:
“Semoga Allah melaknat Iblis”. Lalu akupun memacu kudaku, akan tetapi
tiba-tiba aku mendengar seruan yang lebih keras dari yang pertama, yang
berkata: “Ya Ibrahim, bukan untuk hal tersebut engkau diciptakan, dan
bukan untuk hal itu engkau diperintahkan!”. Maka akupun menghentikan
(langkah kudaku), dan aku melihat kesebelah kanan dan kekiriku, akan
tetapi aku tidak melihat siapapun, maka aku katakan: “Semoga Allah
melaknat Iblis”. Maka akupun memacu kudaku, akan tetapi aku mendengar
kembali seruan itu dari belakang pelana kudaku, Ya Ibrahim, bukan untuk
hal tersebut engkau diciptakan, dan bukan untuk hal itu engkau
diperintahkan!”, maka akupun berhenti, akupun berkata: “Aku sadar- aku
sadar, telah datang kepadaku pemberi peringatan dari Tuhan semesta alam,
demi Allah aku tidak akan bermaksiat kepadanya lagi setelah hari ini.
Perkataan hikmah Ibrahim bin Adham
Beliau rahimahullah mempunyai nasehat yang penuh dengan hikmah, diriwayatkan dari Ibrahim bin Adham, ia berkata: “Setiap
raja yang tidak adil, maka ia dan pencuri sama(kedudukanya), setiap
orang berilmu yang tidak bertaqwa maka dia dan serigala sama
(kedudukanya), dan setiap yang menghinakan diri kepada selain Allah maka
dia dan anjing sama (kedudukanya)”.
Beliau juga berkata: “Zuhud
yang wajib yaitu zuhud terhadap apa yang diharamkan Allah, zuhud adalah
keselamatan yaitu Zuhud terhadap perkara syubahat (perkara yang tak
jelas halal dan haramnya -red), zuhud adalah keutamaan yaitu Zuhud
terhadap perkara yang halal”.
Ibrahim bin Adham rahimahullah berkata:“Banyak melihat kepada sesuatu yang batil, dapat menghilangkan pengetahuan hati terhadap kebenaran”.
Diriwayatkan
dari Muhammad bin Ghalib, dia berkata: “Ibrahim bin Adham menulis surat
kepada Sufiyan ats-Tsauri (dia berkata di dalam suratnya -red):
“Barangsiapa yang mengetahui apa yang dia kehendaki maka dia akan
menganggap remeh apa yang dia korbankan untuknya, barangsiapa yang
mengumbar pandangannya maka penyesalannya akan berlangsung lama,
barangsiapa yang panjang angan-angannya maka akan buruk amal
perbuatannya, dan barangsiapa yang mengumbar lisannya maka dia membunuh
dirinya”.
Keutamaan beliau
Beliau rahimahullah adalah seorang yang zuhud, dan wara’ (menjaukan diri dari yang di haramkan Allah Ta’ala).
Beliau makan dari hasil keringat sendiri, dan tidak mau berpangku
tangan kepada orang lain, diriwayatkan bahwa dikatakan kepada Ibrahim
bin Adham: “Bagaimana kondisimu?, maka ia menjawab: “Aku dalam keadaan baik, selama tidak ada yang menanggung nafkahku”.
Diriwayatkan
bahwa beliau pergi meninggalkan rumahnya menuju negri Syam untuk
mencari rezki yang halal dengan tangannya sendiri. Beliau bekerja di
sawah milik orang lain dengan tekun dan selalu menjaga amanah yang
diamanahkan kepadanya.
Ahli sejarah berkata: “Ibahim
bin Adham adalah penduduk Balakh, dia pergi ke Makkah, di tempat
tersebut ia menemani Sufian ats-Tsauri, Fudhail bin ‘Iyadh, kemudian dia
pergi ke Syam, di sana dia makan dari usahanyan sendiri, dan kemudian
dia wafat di sana”.
Perkataan ulama tentangnya
Diriwayatkan bahwa Imam Nasai berkata: “Ibrahim bin Adham tsiqah (terpercaya), salah seorang dari orang-orang yang zuhud”.
Abdullah bin Mubarak rahimahullah berkata:
“Ibrahim bin Adham seorang yang memiliki keutamaan, dia mempunyai
rahasia dan hubungan (dalam beribadah -red) antara dia dengan Allah ’Azza wa jalla,aku
tidak melihat dia menampakan tasbih, maupun sesuatu dari amal
ibadahnya, dan tidaklah dia makan bersama seseorang, kecuali dia yang
terakhir mengangkat tangannya (untuk makan makanan tersebut)”.
Wafat beliau
Para
ulama berbeda pendapat tentang tahun wafatnya Ibrahim bin Adham, namun
imam Ibnu Katsir menguatkan pendapat Ibnu ‘Asakir. Ibnu ‘Asakir rahimahullah meriwayatkan bahwa (riwayat) yang terjaga adalah bahwa Ibrahim bin Adham wafat pada 162 H.
[Sumber:
Diterjemahkan dan diposting oleh Sufiyani dengan sedikit penambahan dan
pengurangan dari kitab Siyar A'lami Nubala jilid 7/387-396, kitab
Siarus Salafis Shalihin jilid 3/963-973, dan al-Bidayah Wa an-Nihayah
jilid 10/558-568].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar