Menggapai Jalan Hidayah

Suatu malam seorang laki-laki menengadahkan kedua tangannya ke atas, menghadapkan wajahnya ke arah langit, pandangannya penuh harap dan terlihat memelas, suaranya terdengar terbata-bata meminta sesuatu kepada Sang Pencipta Allah, “Ya Rabbi yang Maha membolak-balikkan hati setiap hamba, berikanlah hamba petunjuk, turunkanlah taufik dan inayah-Mu kepada Hamba, berikanlah hamba keselamatan di dunia dan di akhirat.” Sayup-sayup terdengar deru tangisan dan gemiricik tetesan air mata, sepertinya orang itu benar-benar mengharapkan petunjuk dan keselamatan.

Namun keesokan harinya, dia terlihat santai bersantap pagi sambil mendengarkan lantunan musik di pagi hari. Lidah dan mulutnya begitu fasih mengikuti bait demi bait syair lagu yang didengarnya. Tatapan matanya tak berkedip menyaksikan tayangan film di layar kaca. Sementara tangan kanan dan kirinya berlomba-lomba memindahkan remote control dan batang rokok untuk menemaninya menonton televisi. Makanan, minuman, dan apa-apa yang dia kenakan adalah makanan yang haram, minuman yang haram, pakaian yang dilarang atau yang dihasilkan dari perbuatan yang haram.

Siang hari dia bermaksiat kepada Allah dan di malam hari dia meminta hidayah-Nya atau sebaliknya. Apakah permintaannya bisa terlaksana? Apakah doanya bisa terkabulkan? Apakah impian mendapatkan hidayah bisa terwujudkan? Ataukah itu hanya sekadar impian dan angan-angan kosong yang menjejali hari-hari dan malamnya?

Jawabnya tentu tidak, sekali-kali tidak. Hal di atas telah diilustrasikan oleh junjungan kita, baginda Nabi dalam hadits beliau yang mulia, yang disampaikan oleh sahabat yang mulia, Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Baik dan tidak menerima kecuali yang baik-baik saja (halalan thayyiban). Dan Allah telah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman seperti yang telah Dia perintahkan kepada para Rasul, (agar memakan yang halal dan beramal shalih). Maka Allah berfirman (kepada para Rasul), artinya, “Wahai para Rasul makanlah makanan yang halal dan lakukanlah amal shalih.”(al-Mukminun: 51) Dan firman-Nya (kepada orang-orang yang beriman), artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah makanan-makanan yang halal yang telah kami rizkikan kepada kalian.” (al-Baqarah: 172). Kemudian Rasulullah menyebutkan, “Seorang yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya acak-acakan penuh dengan debu, menengadahkan tangannya ke langit seraya berkata, “Ya Rabbi, ya Rabbi,” sementara makanannya adalah dari hasil yang diharamkan, minumannya adalah dari hasil yang diharamkan, pakaiannya adalah dari hasil yang diharamkan, dan suplemen dari yang haram, maka apatah mungkin doanya dikabulkan.” (HR. Muslim)

Laksana seorang petani yang mengharapkan hasil panen melimpah tapi dia tidak pernah merawat tanamannya, atau dia menyiramnya dengan bensin atau minyak tanah. Akankah panen melimpah yang diharapkan bisa terkabulkan? Yang ada, dan itu adalah pasti adanya hanyalah kerugian dan kebangkrutan.
Seperti seorang nelayan yang menangkap ikan di lautan dengan harapan mendapatkan hasil tangkapan yang besar dan melimpah, tapi dia hanya membawa umpan berupa ikan-ikan kecil, kail dan jala yang rapuh, atau mungkin umpan yang tidak disukai oleh ikan. Akankah tangkapan besar dan melimpah yang dia harapkan bisa terlaksana? Ataukah itu hanya sekadar mimpi indah yang menghiasai alam khayalnya? Maka jawabnya adalah itu bagaikan mimpi di siang bolong.

Bagaikan pekerja yang ingin meraih kesuksesan, tapi daya dan upaya yang dia keluarkan tidak maksimal, jalan yang dia tempuh tidak tepat, maka bukan kesuksesan yang dia raih, tapi yang tersisa adalah kegagalan dan kehampaan.
Atau masih banyak lagi aspek kehidupan yang diidam-idamkan dan dicita-citakan akan terwujud dan terlaksana, menjadi buyar dan sirna disebabkan langkah dan faktor untuk meraihnya tidak terlaksana atau bahkan salah.

Tepatlah apa yang diungkapkan dalam sebuah syair,

Engkau inginkan kesuksesan dan kebahagiaan, namun engkau tidak tempuh jalan-jalannya,
Sesungguhnya bahtera tak akan bisa berlayar di daratan.

Siapakah di antara kita yang tidak menginginkan kesuksesan, apalagi kesuksesan di dua alam; alam dunia dan alam akhirat. Kesuksesan yang hanya diraih dengan hidayah dan taufiq dari Allah.
Ya, dari hidayah Allah, bermula keimanan, ketaatan, keistiqamahan, dan bermuara pada kesuksesan; di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu, setiap orang menginginkan hidayah, baik dia kafir atau mukmin, karena orang kafir membutuhkan hidayah Islam agar selamat dari api neraka. Orang mukmin juga membutuhkan hidayah agar ia tetap istiqamah dalam ketaatan dan jauh dari kemaksiatan. Jadi, setiap dari kita membutuhkan hidayah.

Bagaimana mungkin kita tidak membutuhkannya, sementara Rasulullah orang yang paling mulia di jagat raya, tak luput dari meminta hidayah kepada Allah, seringkali beliau berdoa dengan doa berikut,
اَللَّهُمَّ آتِ نَفْسِيْ تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
“Ya Allah, berikanlah jiwaku ketakwaannya dan sucikanlah ia, Engkaulah yang sebaik-baik Dzat yang mensucikannya, karena Engkaulah Penolong dan Yang Memilikinya.”(HR. Muslim, no. 7081)

Hidayah ini adalah karunia dan bonus dari Allah bagi kita untuk mengarungi kehidupan ini. Hanya saja tidak semua dari kita bisa mendapatkannya, bisa jadi karena jalan yang kita tempuh tidak maksimal atau mungkin kita salah jalan, tapi yang jelas hidayah iman dan amal itu adalah hak prerogratif Allah, Dia yang berhak menentukan orang ini mendapatkan hidayah dan yang lain tidak mendapatkannya. Hanya kepada Allah-lah kita memohon pertolongan dan bertawakkal.

Berikut ini adalah jalan yang bisa kita tempuh untuk meraih hidayah Allah.

Pertama; Berilmu. Ilmu yang paling utama adalah ilmu tentang Allah, artinya kita mengenal Allah, sifat-sifat-Nya, nama-nama-Nya, mana yang Dia syariatkan dan yang tidak disyariatkan, apa yang Dia halalkan dan apa yang Dia haramkan. Oleh karena itu Allah berfirman, yang artinya, “Ketahuilah bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah dengan benar selain Allah. Kemudian minta ampunlah atas dosa-dosamu.” (Muhammad: 19)
 Dalam ayat tersebut, Allah mengedepankan kata “Ketahuilah” atau jadilah orang yang berilmu sebelum kamu beriman dan beramal. Kemudian menyebutkan setelahnya amal seorang hamba yaitu agar dia beristighfar dan bertaubat. Jadi orang yang ingin mendapatkan hidayah maka hendaklah dia berilmu, kemudian mengikuti jalan selanjutnya seperti yang Allah sebutkan dalam ayat di atas, yaitu;

Kedua; Beristighfar, bertaubat dan kembali kepada Allah. Karena ini adalah jalan utama yang harus ditempuh oleh seorang hamba untuk menggapai dan meraih hidayah dari Allah. Karena Allah telah janjikan dalam surat ar-Ra’d, ayat ke-27, yang artinya, “Dan Allah memberikan hidayah kepada orang yang bertaubat dan kembali kepada-Nya.” Apabila seorang hamba bertaubat dan kembali ke syariat Allah, kemudian Allah terima taubatnya, maka itu adalah awal dari hidayah Allah.

Ketiga; Beriman. Iman adalah sebab terbesar dalam meraih hidayah Allah. Beriman dalam artian seseorang meyakini rukun iman yang enam, membenarkannya dengan hati nurani, mengucapkannya (syahadatain) dengan lisan, dan mengamalkannya dengan anggota badan. Iman ini bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Sehingga apabila iman ini benar yaitu yang disertai dengan amal shalih, maka Allah akan mengokohkan hidayah di hati pemiliknya. Sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Nya, artinya, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah, Allah berikan petunjuk di hatinya.” (at-Taghabun: 11). Allah juga berfirman, artinya, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, Allah akan memberikan petunjuk kepada mereka.” (Yunus: 9).

Keempat; Berdoa. Ini adalah senjata paling ampuh untuk mendatangkan hidayah Allah, apalagi kalau jalan-jalan sebelumnya telah dilewati dan yang tersisa adalah jalan yang keempat ini, maka tunggulah hidayah itu pasti akan datang, karena Allah sendiri yang telah menjaminnya dalam firman-Nya, artinya, “Rabbmu berkata, “Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan doa kalian.” (Ghafir: 60). Jika demikian, maka sepantasnya kita yang tujuh belas kali dalam sehari semalam meminta hidayah kepada-Nya dalam amal yang sangat dicintai-Nya, mendapatkan hidayah-Nya karena itulah permintaan kita ketika membaca firman-Nya, yang artinya, “Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (al-Fatihah: 6)
Semoga jalan hidayah di atas bisa kita tempuh dan dalam waktu yang singkat hidayah itu menghampiri kita. Allahuma amin

sumber: alsofwa.com

Abu Hatim Ar-Razi, Teladan Dalam Menuntut Ilmu


Nama dan nasab beliau

Beliau adalah Muhammad bin Idris bin al-Mundzir bin Daud bin Mihron. Beliau mendapat julukan al-Imam, al-Hafidh, ahli hadis dan julukan lainnya.

Kelahiran Beliau

Beliau lahir pada tahun seratus sembilan puluh lima hijriah (195 H)

Perjalanan beliau dalam menuntut ilmu

Beliau rahimahullah berkata: “Aku menghitung panjangnya perjalanku dalam mencari hadis, lebih dari tiga ribu mil, aku berjalan berkali-laki dari Makkah ke Madinah, dari Bahrain menuju Mesir, dari Mesir ke Ramlah, dari Ramlah ke Baitul Maqdis dan ke Thabariah, dari Thabariyah menuju Damaskus, dari Damaskus menuju Himsha, dari Himsha menuju Anthakiya, dari anthakiya menuju Thursus, dari thursus kembali ke Himsha untuk mengambil hadis yang masih tertinggal dari hadis Abil Yaman, setelah aku mendengar hadis tersebut maka aku keluar dari Himsha menuju ke Bisan, dari Bisan menuju Rukoh, dari Rukoh aku menyeberangi sungai Efrat menuju Bagdad, akupun keluar (darinya) sebelum keluar dari Syam melalui Daerah Washitin, Dari Washitin menuju Kufah, semua itu aku lalui dengan berjalan kaki, dan ini adalah perjalan pertamaku dalam mencari hadis, sedangkan umurku pada waktu itu dua puluh tahun, aku berkeliling (mencari hadis) selama tujuh tahun”.

Kisah kesabaran beliau dalam menuntut ilmu

Beliau menceritakan tentang dirinya, beliau berkata: [i/]“Aku tinggal di Bashroh pada tahun 214 H selama delapan bulan, sebenarnya aku berniat tinggal padanya selama satu tahun, lalu habislah perbekalanku, maka akupun menjual bajuku yang aku pakai, helai demi helai. (setiap hari -red) Aku dan temanku berkeliling mendatangi para Syaikh(ulama), mendengarkan dari mereka (hadis -red) hingga sore hari, setelah temanku kembali kerumahnya, akupun kembali ke rumahku dengan tangan kosong (tanpa membawa makanan), akupun minum air untuk menghilangkan rasa lapar, keesokan harinya aku berkeliling kembali bersama temanku untuk mendengarkan hadis, sedangkan aku dalam keadaan sangat lapar, (seperti biasa -red) dia pulang ke rumahnya dan akupun pulang, sedangkan aku dalam keadaan lapar. Pada keesokan harinya dia datang kepadaku di waktu pagi dan berkata: “Ayo, berangkat bersama kami mendatangi Syeikh, maka aku menjawab: “Badanku sangat lemah”, dia bertanya: “Apa yang membuat badanmu menjadi lemah?”, aku menjawab: “Aku tidak bisa menyembunyikan kondisiku ini kepadamu, sungguh aku belum makan sejak beberapa hari. Maka dia berkata: “aku mempunyai sisa uang satu dinar, aku akan memberimu setengah dinar dan setengahnya kau gunakan untuk membayar sewa. Setelah itu kami pergi meninggalkan kota Bashrah.

Pujian ulama kepadanya

Tidak diragukan lagi bahwa Abu Hatim ar-Razi adalah seorang ulama besar yang mengorbankan jiwa dan hartanya dalam mencari hadis, tidak heran jika banyak pujian para ulama kepadanya. Diantara pujian ulama kepadanya adalah apa yang dikatakan oleh al-Hafidh Abdurahman bin Hirasy, dia berkata: “Abu Hatim adalah seorang yang amanah dan berpengetahuan luas (berilmu -red).
Abul Qosim berkata: “Abu Hatim adalah seorang imam, hafidh, yang kuat(riwayatnya).
Al-Khatib berkata: "Abu Hatim adalah salah satu dari para imam, al- Hafidh, yang kuat(hafalannya)...dia mulai mendengarkan hadis pada tahun dua ratus sembilan hijriyah (209 H).
Al-Khalil berkata: "Abu Hatim adalah orang yang mengetahui tentang perselisihan Shahabat, dan fikih Tabi'in, serta orang-orang yang setelahnya, aku mendengar kakekku dan beberapa orang selain beliau bahwa mereka mendengar Ali bin Ibrahim al-Qothani berkata: "Aku belum pernah melihat seseorang seperti Abu Hatim, maka kami berkata kepadanya: "Bukankah engkau telah melihat Ibrahim al-Harbi dan Ismail al-Qadhi, maka dia berkata: "Aku tidak melihat (mereka) lebih sempurna dari Abu Hatim, dan tidak juga lebih mulia darinya".

Karya tulis beliau

Beliau mempunyai banyak karya tulis, diantaranya adalah:
1.Tentang kesalahan imam Bukhari pada tarikhnya.
2.Kitab ‘Ilal Hadis.
3.Kitab Adab Syafi’i dan Manakibnya.
4.Kitab al-Jarhu Wa Ta’dil.
5.Kitab Marasil.
6.Kitab Tafir.

Wafat beliau

Berkata Abul Husain bin al-Munadi: “Al-Hafidh Abu Hatim meninggal pada bulan sya’ban pada tahun 277 H”. Diriwayatkan bahwa beliau hidup selama delapan puluh tiga tahun.

[Sumber: Diterjemahkan dan diposting oleh Sufiyani dengan sedikit penambahan dan pengurangan dari kitab Siyar A'lami Nubala jilid 13/247, kitab Siarus Salafis Shalihin jilid 4/1228, dan al-Maktabah asy-Syamilah]
.

Wasiat dari Generasi Awal Islam


Wasiat merupakan salah satu ajaran Allah yang mulia, penting dan sangat berguna. Contoh sebuah wasiat Allah di dalam kitab-Nya, yang artinya, “…dan sungguh Kami telah mewasiatkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah...”(QS. an-Nisa: 131)

Rasulullah memberikan keteladanan kepada ummatnya berupa contoh wasiat yang baik. Ummu Salamah -istri Nabi- menyebutkan di antara wasiat terakhir Rasulullah, “Shalat...shalat dan (perlakukanlah dengan baik) orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabmu.” (HR. Ahmad, no.27240)

Itulah contoh wasiat Rasulullah yang beliau sampaikan menjelang wafat. Lalu, bagaimana contoh wasiat dari generasi terbaik (baca: Salaf Shalih), yang meneladani Rasulullah dengan baik? Berikut ini beberapa contoh wasiat dari mereka menjelang akhir hayat. Yaitu;

Abu Bakar ash Shiddiq

Abu Malih mengatakan, tatkala menjelang ajal, Abu Bakar mengirim surat kepada Umar bin al-Khaththab, beliau berkata, “Aku wasiatkan kepadamu suatu wasiat, mudah-mudahan engkau mau menerimanya; Sesungguhnya Allah mempunyai hak (yang wajib ditunaikan oleh hamba-Nya) pada malam hari yang tidak diterima oleh-Nya di siang hari, sesungguhnya Allah mempunyai hak pada siang hari yang tidak diterima oleh-Nya di malam hari. Sesungguhnya Allah tak akan menerima amalan yang sunnah hingga yang fardhu ditunaikan, timbangan yang berat sesungguhnya adalah yang di akhirat karena mengikuti kebenaran sewaktu hidup di dunia meskipun terasa berat, adalah hak mizan (timbangan) untuk diletakkan padanya karena benar-benar akan memperberatnya. Tidakkah engkau tahu bahwa ringannya timbangan adalah yang ringan di akhirat karena mengikuti kebatilan sewaktu di dunia, dengan ringan, maka benar-benar diletakkan di dalam timbangannya kebatilan itu sehingga menjadi ringan. Tidakkah engkau tahu bahwa Allah menurunkan ayat ar-Radja (ayat yang berisi harapan) pada ayat asy-Syiddah (ayat yang berisi ancaman yang keras), dan ayat asy-Syiddah pada ayat ar-Radja, agar seorang hamba harap-harap cemas, tidak menjerumuskan dirinya ke dalam kehancuran, tidak berharap kepada Allah dengan berlebihan.”

Umar bin al-Khaththab

Salim bin Abdullah mengatakan dari ayahnya, “Umar berada di pahaku saat beliau sakit yang mengakibatkan beliau meninggal dunia. Beliau (yakni: Umar–ed) mengatakan, “Letakkan kepalaku di atas tanah.” Aku pun mengatakan, “Ada apa dengan Anda, aku letakkan di atas tanah atau di atas pahaku?!” Lalu, beliau mengatakan, “Tak ada ibu bagimu, letakkanlah di atas tanah.” Maka, aku pun meletakkan kepala beliau di atas tanah. Lalu, beliau mengatakan, ‘Celakalah aku dan celakalah ibuku jika Allah tidak merahmatiku.’”

Utsman bin Affan

Al-‘Ala bin Fadhl dari ayahnya mengatakan, “Tatkala Utsman bin Affan terbunuh, mereka memeriksa beberapa tempat yang dijadikan Utsman sebagai tempat penyimpanan harta. Mereka mendapati sebuah kotak yang tertutup. Lalu, mereka membukanya. Mereka mendapati secarik kertas yang bertuliskan, “Ini adalah wasiat Utsman bin Affan, dengan menyebut nama Allah Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Utsman bin Affan bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, bahwa Surga itu benar, neraka benar, Allah akan membangkitkan orang-orang yang berada di dalam kubur pada hari yang tak ada keraguan padanya, sesungguhnya Allah tak akan menyelisihi janji-Nya, di atasnya dia dihidupkan dan di atasnya pula dia dimatikan, dan di atasnya pula dia akan dibangkitkan, insyaallah .

Ali bin Abi Thalib

Asy-Sya’bi mengatakan, “Tatkala Ali bin Abi Thalib ditikam, beliau mengatakan, ‘Apa yang dilakukan orang yang menikamku?’ Mereka mengatakan, ‘Kami telah menangkapnya.’ Beliau mengatakan, ‘Berilah ia makan dari makananku, dan berilah ia minum dari minumanku. Jika aku hidup niscaya aku akan mempertimbangkan kelanjutannya. Namun, jika ternyata aku meninggal maka pukullah ia dengan sekali pukulan saja, jangan kalian menambahkannya.’ Kemudian, beliau berwasiat kepada al-Hasan (putranya-ed) agar ia memandikan jenazahnya, tidak bermahal-mahal dalam (pembelian/penggunaan) kain kafan, beliau mengatakan, “Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Janganlah kalian bermahal-mahal dalam hal kain kafan, karena sesungguhnya ia akan cepat rusak” (selanjutnya) beliau (Ali bin Abi Thalib-ed)mengatakan, “Dan bawalah aku dengan berjalan, jangan telalu cepat dan jangan pula terlalu lambat. Karena jika keadaanku baik, berarti kalian telah mempercepatku menuju kepada-Nya, dan jika keadaannya buruk berarti kalian telah segera melemparkan aku dari pundak-pundak kalian.”

Fatimah Putri Rasulullah.

Asma bintu Umais mengatakan bahwa Fatimah bintu Rasulillah pernah berwasiat agar yang memandikan (mayatnya) adalah suaminya Ali bin Abi Thalib. Maka, tatkala ia meninggal dunia, suaminya dan Asma bintu ‘Umais memandikan (jenazah)nya.”

Abdullah bin Mas’ud

Asy-Sa’biy mengatakan, tatkala menjelang wafat Abdullah bin Mas’ud memanggil anaknya seraya mengatakan, “Wahai Abdurrahman bin Abdullah bin Mas’ud aku wasiatkan kepadamu 5 hal, hafalkanlah dengan baik; “Tampakkanlah rasa putus asa terhadap orang lain karena hal tersebut adalah sebuah kekayaan yang utama, tinggalkan meminta-minta kepada manusia karena hal tersebut merupakan kefakiran yang nyata, tinggalkanlah perkara yang kamu terhalang melakukannya dan jangan melakukannya, jika engkau bisa berada pada suatu hari yang lebih baik dari hari sebelumnya, maka hendaklah engkau lakukan, dan jika engkau shalat, maka lakukanlah seperti shalatnya orang yang hendak berpisah, seolah-olah tak akan pernah melakukan shalat setelah itu.”

Rabi’ bin Khutsaim

Abu Rabi’ah as-Sa’di mengatakan, pernah dikatakan kepada Rabi’ bin Khutsaim, tidakkah Anda berwasiat? Beliau menjawab, “Dengan apa aku berwasiat? Sungguh kalian telah mengetahui bahwa aku tak punya dinar tidak pula dirham, tak akan ada seorang pun yang mempersoalkan diriku di sisi Tuhanku dan aku tak akan memusuhi seorang pun.” Lalu dikatakan kepadanya, berwasiatlah! Beliau pun kemudian mengatakan, “Aku mempunyai seorang istri yang masih muda, jika aku meninggal, maka anjurkanlah ia agar mau menikah, carikan untuknya lelaki shaleh, dan anakku ini, bila kalian melihatnya usaplah kepalanya, karena sesungguhnya aku pernah mendengar Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa mengusap kepala anak yatim, maka setiap rambut baginya terdapat tamr di atasnya, tangannya bercahaya pada hari kiamat.” Lalu dikatakan kepada beliau, berwasiatlah! Beliau mengatakan, “Inilah yang ar-Rabi’ bin Khutsaim wasiatkan.”

Abu Bakr Muhammad bin Sirin

Ibnu ‘Aun mengatakan, “Ibnu Sirin pernah berwasiat tatkala hendak meninggal dunia. ‘Dengan menyebut nama Allah Dzat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, ini adalah apa yang diwasiatkan oleh Muhammad bin Abi ‘Amrah kepada anak-anak dan keluarganya, hendaklah kalian bertakwa kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesama kalian; dan taatilah Allah dan Rasul-Nya jika kalian adalah orang-orang yang beriman.” Beliau juga berwasiat seperti apa yang diwasiatkan oleh Nabi Ya’kub kepada anaknya, “Hai anak-anakku! sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan memeluk agama Islam.’”

Marwan bin Hakam

Abdul Aziz bin Marwan mengatakan, Marwan berwasiat kepadaku, “Janganlah engkau jadikan orang yang menyeru kepada Allah sebagai hujjah atasmu. Apabila engkau berjanji dengan suatu janji, maka datangilah tempatnya meskipun engkau akan dipenggal dengan pedang, dan jika engkau mempunyai masalah hendaklah engkau memusyawarahkannya dengan ahli ilmu dan orang-orang yang mencintaimu, karena, kepada ahli ilmu, Allah telah memberikan petunjuk kepada mereka insyaallah. Adapun kepada orang-orang yang mencintaimu mereka tak akan bakhil untuk memberikan nasihat kepadamu.
Wallahu ‘alam bishshawab.

 [Sumber: “Washaya al ‘Ulama ‘Inda Huduuril Maut,” Syaikh Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Zabr ar-Rib’i Abu Sulaiman. Daar Ibnu Katsir, Bairut. Cet.I tahun 1406. Tahqiq: Abdul Qodir al-Arnauth dengan sedikit gubahan]

Dia Berjalan dari Spanyol Menuju Baghdad

Demi ilmu dia melakukan perjalanan menembus benua, berasal dari benua biru Eropa, negeri Andalusia, membelah padang pasir benua Afrika dan menginjakkan kakinya di Timur Tengah. Demi ilmu dia melakukan itu, tidak perlu membayangkan biaya yang dia keluarkan, waktu yang dia perlukan dan kelelahan yang dia rasakan serta tantangan yang dia hadapi, karena semua itu jelas terpampang di depan mata tanpa perlu membayangkannya. Demi ilmu, sebuah tuntutan luhur, hajat mulia dan target tinggi, man yakhtub al-hasna` lam yughlihi al-mahru, ‘siapa yang meminang gadis cantik maka tidak ada kata mahar mahal’.

Demi ilmu dia melakukan sesuatu yang unik dan ajaib, tidak terpikirkan dalam otak, tidak terbayangkan dalam benak dan tidak terbersit dalam hati, dia bukan seorang aktor, bukan bintang film, bukan sutradara sehingga hal ini mungkin sudah ada dalam skenarionya, tetapi dia seorang ulama, pemerhati hadits dan pecinta sunnah. Sekali lagi demi ilmu dia menemukan sebuah peran dan rela menjalaninya. Mafi musykilah selama itu demi ilmu.
Tercantum di dalam al-Manhaj al-Ahmad fi Tarajim Ashab al-Imam Ahmad karya al-Ulaimi 1/177 dan di dalam Ikhtishar an-Nablusi li Thabaqat al-Hanabilah karya Ibnu Abu Ya’la hal. 79 tentang biografi Imam Baqi bin Makhlad al-Andalusi, dia adalah Abu Abdurrahman Baqi bin Makhlad al-Andalusi al-Hafizh, lahir tahun 201 H, melakukan perjalanan ke Baghdad dengan kedua kainya, keinginan besarnya adalah bertemu dengan Imam Ahmad bin Hanbal dan mengambil ilmu darinya.

Baqi bin Makhlad berkata, “Ketika aku hampir tiba di Baghdad, aku mendengar berita ujian yang menimpa Ahmad bin Hanbal, bahwa berkumpul dan mendengar dari beliau dilarang, aku sangat sedih karenanya, lalu aku memilih tempat singgah, setelah aku meletakkan barang bawaanku di kamar yang aku kontrak di sebuah penginapan, aku tidak melakukan apa pun selain mendatangi masjid jami’, aku ingin duduk bersama halaqah-halaqah dan mendengar apa yang mereka bicarakan.

Aku mendatangi sebuah halaqah yang mulia, seorang laki-laki membeber para rawi, dia mendhaifkan dan menguatkan, aku bertanya kepada orang yang berada di dekatku, “Siapa dia?” Dia menjawab, “Yahya bin Ma’in.” Maka aku melihat sebuah cela yang terbuka di dekatnya, aku bergegas kepadanya, aku berkata kepadanya, “Wahai Abu Zakariya, semoga Allah merahmatimu, seorang laki-laki perantau, negerinya jauh, aku ingin bertanya, mohon jangan meremehkanku.” Dia berkata kepadaku, “Katakanlah.” Maka aku bertanya kepadanya tentang sebagian ahli hadits yang aku temui, dia men-ta’dil sebagian dari mereka dan men-jarh sebagian yang lain.

Di akhir pertanyaan aku bertanya kepadanya tentang Hisyam bin Ammar, aku sendiri banyak mengambil darinya, Yahya berkata, “Abu al-Walid Hisyam bin Ammar, ahli shalat, dari Damaskus, tsiqah bahkan di atas tsiqah, kalaupun di balik pakaiannya terdapat kesombongan atau dia menenteng kesombongan maka itu tidak berpengaruh apa pun terhadapnya karena kebaikan dan kemuliaannya.” Maka orang-orang di halaqah berteriak, “Cukup bagimu semoga Allah merahmatimu, yang lain juga memiliki pertanyaan.”

Maka aku berkata sambil berdiri, “Aku bertanya kepadamu tentang seorang laki-laki, Ahmad bin Hanbal?” Maka Yahya bin Ma’in memandangku heran, dia berkata kepadaku, “Orang seperti kita membeber Ahmad bin Hanbal? Dia adalah Imam kaum muslimin, orang terbaik dan termulia dari mereka.”

Kemudian aku keluar mencari tahu rumah Ahmad bin Hanbal, ada yang menunjukkan, aku mengetuk pintunya, maka dia keluar dan membuka pintu, dia melihat seorang laki-laki yang belum dikenalnya, aku berkata, “Wahai Abu Abdullah, seorang laki-laki perantau, negerinya jauh, ini adalah kedatanganku pertama kali di negeri ini, aku pencari hadits dan pengunpul sunnah, aku tidak melakukan perjalanan kecuali kepadamu.” Dia berkata kepadaku, “Masuklah lorong itu dan jangan sampai terlihat oleh seorang pun.”

Dia bertanya kepadaku, “Di mana negerimu?” Aku menjawab, “Maghrib yang jauh.” Dia bertanya kepadaku, “Afrika?” Aku menjawab, “Lebih jauh lagi, aku menyeberangi lautan untuk tiba di Afrika, negeriku Andalus.” Dia berkata, “Negerimu benar-benar jauh, tidak ada sesuatu yang lebih aku sukai daripada membantu orang sepertimu dengan baik untuk mewujudkan keinginannya, hanya saja saat ini aku sedang menghadapi ujian dengan sesuatu yang mungkin kamu telah mendengarnya.” Aku berkata, “Benar, aku telah mendengarnya pada saat aku berjalan kepadamu dan hampir tiba di sini.”

Aku berkata kepadanya, “Wahai Abu Abdullah, ini adalah kedatanganku yang pertama, aku adalah orang yang tidak dikenal di kalangan kalian, jika Anda berkenan aku datang setiap hari dengan menyamar sebagai peminta-minta, di pintu aku akan mengucapkan apa yang mereka ucapkan, lalu Anda keluar ke tempat ini, seandainya Anda tidak menyampaikan setiap hari kecuali satu hadits saja maka hal itu sudah cukup bagiku.” Dia menjawab, “Ya, dengan syarat kamu jangan muncul di halaqah-halaqah dan tidak pula pada para ahli hadits.” Aku menjawab, “Aku berjanji.”

Aku mengambil ranting pohon di tangan, membebat kepala dengan kain, kertas dan tinta aku sembunyikan di balik lengan bajuku, lalu aku mendatangi pintunya sambil berteriak, “Pahala, semoga Allah merahmati kalian.” Begitulah yang diteriakkan oleh para peminta-minta di sana, maka dia keluar kepadaku dan menutup pintu, dia menyampaikan dua, tiga hadits atau lebih kepadaku.

Aku terus melakukan hal itu sampai orang yang menimpakan ujian atasnya mati dan setelahnya kepemimpinan dipegang oleh orang yang berpegang kepada madzhab sunnah, maka Ahmad bin Hanbal muncul, namanya naik, dia dihormati di mata manusia, imamahnya terkenal, orang-orang berduyun-duyun mendatanginya, dia tetap menghargai kesabaranku yang sesungguhnya.

Jika aku mendatangi halaqahnya, dia melapangkannya untukku dan mendekatkanku kepada dirinya, dia berkata kepada ashab hadits, “Orang ini berhak menyandang nama pencari ilmu.” Kemudian dia menceritakan kisahku dengannya, dia menyodorkan hadits kepadaku, membacanya kepadaku dan aku membacanya kepadanya.

Aku sakit, aku berusaha sembuh darinya, dia mencariku karena aku tidak hadir di majlisnya, dia bertanya tentangku, ada yang memberitahu sakitku kepadanya, maka dia langsung berdiri, berjalan kepadaku menjengukku dengan orang-orang yang bersamanya, pada saat itu aku terlentang di kamar yang aku sewa, beralas tikar, berselimut kain dan buku-bukuku ada di kepalaku.

Aku mendengar suara gaduh di penginapan, aku mendengar mereka berkata, “Dia di sana, lihatlah, ini imam kaum muslimin datang.” Pemilik penginapan datang kepadaku dengan tergopoh-gopoh, dia berkata kepadaku, “Wahai Abu Abdurrahman, ini Abu Abdullah Ahmad bin Hanbal, imam kaum muslimin datang kepadamu untuk menjengukmu.”

Dia masuk, dia duduk di sisi kepalaku, kamar tersebut penuh sesak dengan orang-orang sampai tidak muat, sebagian dari mereka berada di luar kamar dengan berdiri sementara pena di tangan mereka, dia tidak mengatakan kepadaku lebih dari kata-kata ini, dia berkata, “Wahai Abu Abdurrahman, berbahagialah dengan pahala Allah, hari-hari sehat tidak ada sakit padanya dan hari-hari sakit tidak ada sehat padanya, semoga Allah meninggikanmu kepada keselamatan dan mengusapkan kesembuhan kepadaamu dengan tangan kananNya.” Aku melihat pena-pena menulis lafazhnya.

Kemudian dia keluar dariku, maka penghuni penginapan mendatangiku mengasihiku dan melayaniku dengan pamrih agama dan pahala dari Allah, ada yang membawa kasur, ada yang membawa selimut dan makanan-makanan yang lezat, dalam merawatku yang sedang sakit, mereka lebih perhatian daripada keluargaku seandainya aku berada di tengah-tengah mereka, hal itu karena aku dijenguk oleh seorang laki-laki shalih.”

Baqi bin Makhlad wafat pada tahun 276 H di Andalusi, semoga Allah merahmatinya.


Dari Shafahat min Shabri al-Ulama` ala Syada`id al-Ilmi wa at-Tahshil, Abdul Fattah Abu Ghuddah.

Kiat Menghindari Maksiat

Setiap manusia pernah berbuat dosa dan kesalahan, baik besar ataupun kecil. Rasulullah bersabda, “Setiap anak Adam pernah melakukan kesalahan dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah orang-orang yang bertaubat.” (HR. Ibnu Majah, no, 4251)

Bahkan para Nabi pun tidak luput dari kesalahan, dan mereka bertaubat kepada-Nya. Seperti nabi Adam pernah melanggar perintah Allah dengan mendekati pohon larangan, kemudian beliau bertaubat dan berdoa kepada Allah, artinya, “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. al-A’raf: 23)

Pada zaman ini, sarana kemaksiatan semakin banyak, orang semakin sulit menghindari racun yang ditimbulkan oleh kemaksiatan tersebut. Walaupun demikian ada beberapa kiat agar terhindar dari kemaksiatan, yaitu;

1. Menganggap Besar Dosa
Orang yang beriman dan bertakwa selalu menganggap besar dosa-dosa, meskipun dosa yang dilakukan tergolong dosa kecil. Mereka merasa terbebani dengan dosa tersebut dan menganggap besar kekurangan dirinya di sisi Allah.

Ibnu Mas’ud berkata, “Orang beriman melihat dosa-dosanya seolah-olah ia duduk di bawah gunung, ia takut gunung tersebut menimpanya. Sedangkan orang yang fajir (suka berbuat dosa) melihat dosanya seperti lalat yang lewat di depan hidungnya.”

Bilal bin Sa’d mengatakan, “Jangan kamu melihat pada kecilnya dosa, tetapi lihatlah kepada siapa kamu bermaksiat.”

2. Jangan Meremehkan
Rasulullah bersabda, “Janganlah kamu meremehkan dosa, seperti kaum yang singgah di perut lembah. Lalu seseorang datang membawa ranting dan seorang lainnya lagi datang membawa ranting sehingga mereka dapat menanak roti mereka. Kapan saja orang yang melakukan suatu dosa menganggap remeh dosa, maka ia dapat membinasakannya.”(HR. Ahmad dengan sanad hasan)

3. Jangan Mujaharah
Mujaharah adalah melakukan kemaksiatan, dan menceritakan kemaksiatan tersebut kepada manusia. Pelaku maksiat yang mujaharah lebih besar dosanya daripada yang melakukan dosa tanpa mujaharah. Rasulullah bersabda, “Semua umatku dimaafkan kecuali mujahirun (orang yang terang-terangan dalam bermaksiat). Termasuk mujaharah ialah seseorang yang melakukan suatu amal (keburukan) pada malam hari kemudian pada pagi harinya ia membeberkannya, padahal Allah telah menutupinya, ia berkata, ‘Wahai fulan, tadi malam aku telah melakukan demikian dan demikian.’ Pada malam hari Tuhannya telah menutupi kesalahannya tetapi pada pagi harinya ia membuka tabir Allah yang menutupinya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

4. Taubat Nasuha
Allah berfirman, artinya, “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. an-Nur: 31)

Rasulullah bersabda, “Allah lebih bergembira dengan taubat hamba-Nya tatkala bertaubat daripada seorang di antara kamu yang berada di atas kendaraannya di padang pasir yang tandus. Kemudian kendaraan itu hilang darinya, padahal di atas kendaraan itu terdapat makanan dan minumannya. Ia sedih kehilangan itu, lalu ia menuju pohon dan tidur di bawah naungannya dalam keadaan bersedih terhadap kendaraannya. Saat ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba kendaraannya muncul di dekatnya, lalu ia mengambil tali kendalinya. Kemudian ia berkata, karena sangat bergembira, ‘Ya Allah Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhanmu’. Ia salah ucap karena sangat bergembira.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

5. Mengulangi Taubat
Rasulullah bersabda, “Seorang hamba melakukan dosa, maka ia berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku telah melakukan suatu dosa, maka ampunilah!’ Tuhannya berfirman, ‘Hamba-Ku tahu bahwa ia memiliki Tuhan yang akan mengampuni dosanya. Aku telah mengampuni hamba-Ku.’ Kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, maka ia berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku telah melakukan dosa lagi, maka ampunilah!’. Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku tahu bahwa ia memiliki Tuhan yang akan mengampuni dosanya. Aku telah mengampuni hamba-Ku.’ Kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, maka ia berkata, ‘Wahai Tuhanku, aku telah melakukan dosa kembali, maka ampunilah dosaku!’.Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku tahu bahwa ia memiliki Tuhan yang akan mengampuni dosanya. Aku telah mengampuni hamba-Ku.’ Tiga kali; maka lakukanlah apa yang ia suka.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Ali bin Abi Thalib berkata, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang diuji (dengan dosa) lagi bertaubat.” Ditanyakan, ‘Jika ia mengulangi lagi?’ Ia menjawab, ‘Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.’ Ditanyakan, ‘Jika ia kembali berbuat dosa?’ Ia menjawab, ‘Ia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.’ Ditanyakan, ‘Sampai kapan?’ Dia menjawab, ‘Sampai setan berputus asa.”’

6. Senantiasa Beristighfar
Saat-saat beristighfar:
Ketika melakukan dosa
Setelah melakukan ketaatan
Dalam dzikir-dzikir rutin harian
Beristighfar setiap saat
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya sesuatu benar-benar menutupi hatiku, dan sesungguhnya aku beristighfar kepada Allah dalam sehari 100 kali.” (HR. Muslim, No. 2702)

7. Melakukan Kebajikan Setelah Keburukan
Rasulullah bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, dan iringilah keburukan dengan kebajikan maka kebajikan itu akan menghapus keburukan tersebut, serta perlakukanlah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi. At-Tirmidzi menilai hadits ini hasan shahih)

8. Memurnikan Tauhid
Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Ketika Rasulullah dalam perjalanan pada malam yang berakhir di Sidratul Muntaha, beliau diberi tiga perkara: diberi shalat lima waktu, penutup surat al-Baqarah, dan diampuninya dosa orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun dari umatnya.” (HR. Muslim)

Rasulullah bersabda, “Allah berfirman, ‘Barangsiapa yang melakukan kebajikan, maka ia mendapatkan pahala sepuluh kebajikan dan Aku tambah dan barangsiapa yang melakukan keburukan, maka balasannya satu keburukan yang sama, atau diampuni dosanya. Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta dan barangsiapa yang mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa; barangsiapa yang datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari. Barangsiapa yang menemui-Ku dengan dosa sepenuh bumi tanpa menyekutukan Aku dengan sesuatu apapun, maka Aku menemuinya dengan maghfirah yang sama.’” (HR. Muslim dan Ahmad)

9. Bergaul Dengan Orang-Orang Shalih
Manfaat bergaul dengan orang shalih:
Bersahabat dengan orang-orang baik adalah amal shalih
Mencintai orang-orang shalih menyebabkan seseorang bersama mereka di Surga, walaupun ia tidak mencapai kedudukan mereka dalam amal
Manusia itu terdiri dari 3 golongan, yaitu,
a. Golongan yang membawa dirinya dengan takwa dan mencegahnya dari kemaksiatan. Inilah golongan terbaik.
b. Golongan yang melakukan kemaksiatan dalam keadaan takut dan menyesal. Ia merasa dirinya berada dalam bahaya yang besar, dan ia berharap suatu hari dapat berpisah dari kemaksiatan tersebut.
c. Golongan yang mencari kemaksiatan, bergembira dengannya dan menyesal karena kehilangan hal itu.
d. Penyesalan dan penderitaan karena melakukan kemaksiatan hanya dapat dipetik dari persahabatan yang baik.
e. Jika berpisah dengan orang-orang yang baik, maka biasanya akan berteman dengan orang yang buruk dan pelaku maksiat.

10. Jangan Mencela Perbuatan Dosa Orang Lain
Rasulullah menceritakan kepada para shahabat bahwa seseorang berkata, “Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan.” Allah berkata, ”Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak mengampuni si fulan? Sesungguhnya Aku telah mengampuni dosanya dan Aku telah menghapus amalmu.” (HR. Muslim).
 
[Sumber : “Sabiilun Najah min Syu’umil Ma’shiyyah,” karangan Muhammad bin Abdullah ad-Duwaisy, edisi Indonesia: “13 Penawar Racun kemaksiatan,” Darul Haq, Jakarta.]

ISLAMIC BOOK FAIR 2012


Jumat, 9 Maret 2012
14.00-16.00     11th Islamic Book Fair Opening Ceremony
                        Prof. Dr. Mohammad Nuh, DEA
16.00-18.00     Mengenal Lebih Dekat Pemenang IBF Award 2012
                        Pemenang IBF Award 2012
19.00-21.00     Launching Novel "Indonesia Corporate"
                        Zaynur Ridwan
19.00-21.00     Bedah Buku "Dan Aku Pun Berjilbab"
                        Gol A Gong

Sabtu, 10 Maret 2012
10.00-12.00     Training "Iqro Metode As Syafi'i" Cara Praktis Baca Qur'an
                        Abu Ya'la Kurnaedi. Lc & Nizar Bn Sa'ad Jabal Lc. Mpd.
13.00-15.00     Damai Indonesiaku 'Live' TV One
                        Dr. Hidayat Nurwahid, Ust.Sahrul Syah, Ust.Guntur Bumi
15.00-16.00     Talkshow Hypnoparenting
                        dr. Dewi Yogo Pratomo
13.00-15.00     Seminar Pendidikan Islam & Dialog dengan Pakar Pendidikan Int'l
Prof. Dr. Wan Muh Noor Wan Daud, Prof. Dr. Didin Hafidhuddin,
Adian Husaini, Msi, Ph.D & Dr. Nirwan Safrin, MA
16.00-18.00     Talkshow & Bedah Buku "Tafsir Da'Awi"
                        Dr. H. Atabiq Luthfi & Prof. Dr. H. Achmad Satori Ismail
16.00-18.00     Bedah Buku " Membentangkan Surga di Rahim Bunda"
(Panduan Pintar Kehamilan Mendapatkan Anak Saleh, Sehat dan Cerdas)
                        dr. Prita Kusumaningsih, SpoG
19.00-21.00     Talkshow "Pengajian Majelis Tadabbur Quran ( Mata Quran)
                        "Bertindak dengan Zikir" Ust. Bachtiar Natsir, Lc & Ust. Da'i Muda ANTV

Ahad, 11 Maret 2012
09.00-12.00     Festival Studi Islam dan Matematika Anak Muslim (FESMA)
                        Babak Penyisihan KPM & Majalah Gontor
10.00-12.00     Seminar Studi Islam dan Matematika Anak Muslim
KPM & Majalah Gontor
13.00-15.00     Bedah Buku "Eliana; Pukat, dan Burlian"
                        Tere liye
13.00-15.00     Talkshow "Dakwah di Era Penerbitan, Broadcasting & Multimedia"
                        Dr. Fadh Bahammam
15.00-16.00     Bedah Tafsir An-Nur
                        Prof. Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad, MA
16.00-18.00     Bedah Buku " 1135 Gerakan Untuk Membebaskan Palestina"
                        Spirit Of Aqso (Ust. Bactiar Natsir, Lc)
19.00-21.00     Soft Launching "Ensiklopedi Peradaban Islam"
Dr. M. Syafii Antonio, M.Ec

Senin, 12 Maret 2012
10.00-12.00     Bedah Buku "Fashion Muslimah"
                        Hijabers Community
10.00-12.00     Talkshow Mukjizat Shalat dan Doa
                        M Agus Syafii & Dwi Jo
13.00-15.00     Muslimah in Action & Hijab Class
                        Artis Nasyid FSNI, ARIN, Hijabers Community
13.00-15.00     Seminar "Mindfullness"
                        dr. Suzy Yusnadewi
16.00-18.00     Bedah Buku " The Golden Age"
                        Dr. Briliantono MS,SpOT, PhD.
16.00-18.00     Talkshow "Saatnya Memimpin Indonesia dengan Syariah"
                        Ust. Abu Jibril, Habib Rizieq Shihab
19.00-21.00     Bedah Buku "Karakter Guru Profesional"
DR. Hamka Abdul Aziz, Msi.

Selasa, 13 Maret 2012
10.00-12.00     Talkshow 'Menggapai Cahaya'
Ust. Rasman & Pipiet Senja
10.00-12.00     Training The Miracle of Dongeng
Tim Zikrul
12.00-13.00     Talkshow Alif TV
Alif TV
13.00-15.00     Talkshow "Kuat & Mandiri dengan Pendidikian Qurani"
Ust. Bachtiar Natsir
13.00-15.00     Training " Menghafal Pencetak Al-Qur'an Sejak Dini"
Nurul Habiburrahman M.Ag & Nurul Hikmah M. Ag
15.00-16.00     Talkshow Ummahatul Muslimin Indonesia (UMI)
"Perempuan Dambaan Al-Qur'an" UMI & Arrahman Quranic Center
16.00-18.00     Bedah Buku " Cinta Suci Zahrana"
Habiburrahman El Shirazy
16.00-18.00     Launching & Bedah Buku Novel "Riang Merapi"
Dian Semesta
19.00-21.00     Talkshow "Tahsin Tahfizd for Professional"
Ust. Didik Hariyanto, Lc, MA Al Hafizh,
Syaikh Ibrahim Al'Imad, Lc. Al Hafizh, Redi Rindayadi, Ir.Hanawijaya, MM
19.00-21.00     Talkshow "99 Cahaya dari Langit Eropa"
Hanum Salsabiela Rais

Rabu, 14 Maret 2012
10.00-12.00     Talkshow "Mandiri Syariah"
                        Bank Syariah Mandiri
10.00-12.00     Seminar Sehari Komisi Seni & Budaya Majelis Ulama Indonesia (session 1)
" Hukum dan Karakteristik Seni Islam"
Prof. Dr. Nazaruddin Umar, MA (Keynote Speaker)
Dr. Abdurrahman Albaghdadi, Hazrianto Tohari
Saeful Bahri (Moderator)
13.00-18.00     Seminar Sehari Komisi Seni & Budaya Majelis Ulama Indonesia (session 2)
"Seni Islam dan Kebutuhan Industri dari Masa ke Masa"
Prof. Dr. Ali Mustafa Yakub, Taufik Ismail, Dedy Mizwar
Habiburrahman el Shirazy (moderator)
12.00-13.00     Bedah Buku "Ummi" Harian Republika
                        Asma Nadia
13.00-15.00     Talkshow "Kuat & Mandiri dengan Pendidikian Qur'ani" Perspektif Ekonomi
                        Ihsanuddin Noorsy & Ust. Ismail Yusanto
15.00-16.00     Bedah Buku "Mengapa Banyak Larangan"
                        dr. Tauhid Nur Azhar
16.00-18.00     Bedah Buku "Panduan Keluarga Sakinah"
                        Mahfud Umri, Lc
19.00-21.00     Final 'Idola Nasyid Indonesia'
                        FSNI & ARIN

Kamis, 15 Maret 2012
10.00-12.00     Talkshow Pusat Kajian Hadits
                        Dr. Ahmad Lutfi Fathullah MA
10.00-12.00     Semi Final Festival Studi Islam dan Matematika Anak Muslim (FESMA)
                        KPM & Majalah Gontor
13.00-15.00     Final dan Pembagian Hadiah
Festival Studi Islam dan Matematika Anak Muslim (FESMA)
KPM & Majalah Gontor
13.00-15.00     Menghafal Al-Qur'an Dengan Lebih Cepat, Mudah & Menyenangkan
                        Arif Husen
15.00-16.00     Bedah Buku "Potret Uama"
                        Ust. Abu Rusydan
16.00-18.00     Talkshow"Menjadi Ibu Teladan Membangun Generasi Qur'ani"
                        Ustadzah Herlini Amran, MA

16.00-18.00     Launching & Bedah Buku "Sekawanan Angsa"
Abay
19.00-21.00     Talkshow "Kuat & Mandiri dengan Pendidikan Qur'ani Perspektif Politik"
                        Anis Matta*

Jumat, 16 Maret 2012
10.00-12.00     Talkshow "Masihkan Ada Pelarangan Buku???"
Tim Kejaksaan Agung RI
13.00-15.00     Bedah Buku Rame-Rame:
Buku Deadline Your Life (Solikhin ‘Zero to Hero’)
Buku Beginilah Seharusnya Aktivis Dakwah (Satria Hadi Lubis)
Buku Merindukan Jalan Dakwah (Umar Hidayat)
Buku Agar Tidak Salah Mencintai (Jauhar Al-Zanky)
Host : Salim A. Fillah & M. Fanni Rahman
15.00-16.00     Bedah Buku "Benar Karena Ngawur"
Sudjiwotejo
13.00-15.00     Training Of Trainer
Agus Idwar & Tim ACT
16.00-18.00     Bedah Buku "kerajaan Al-Qur'an"
Hudzaifah Ismail
16.00-18.00     Bedah Buku "Mencari Ketenangan Di tengah Kesibukan"
M. Fauzil Adhim & Dzikrullah W. Pramudya
19.30-21.00     Grand Launching Majalah Oase
Dr. Tifatul Sembiring
19.00-21.00     Launching Novel Jihad “Kupinang Bidadari di Bumi Kashmir”
M. Fachri

Sabtu, 17 Maret 2012
10.00-11.30     Bedah Buku "Jalan Jihad Sang Dokter"
                        dr. Jose Rizal Jurnalis
10.00-12.00     Seminar "Pembuktian Keberadaan Jam Hijriah & Urgensinya
                        Terhadap Kehidupan Ibadah Umat Islam"
                         Prof. dr. Utang Ranuwijaya, Dr. Moedji Raharto & E. Darmawan Abbdullah
13.00-15.00     Talkshow "Membangun SDM Palestina dengan Beasiswa Pendidikan"
                        DR. Basuki S.Spot, DR. Ameen, AN
15.00-16.00     Bedah Buku “Buku Pintar Bisnis Syar’i”
                        KH. Hafiz Abdurahman
13.00-15.00     Bedah Buku "Rasulullah Business School"
                        Ust. 'Rich'
16.00-18.00     Talkshow Mandiri Syariah
                        Bank Syariah Mandiri
16.00-18.00     Talkshow Quranic Generation (Q Gen) " Cinta al-Qur'an"
                        Tim Q Gen
19.00-21.00     2nd Indonesian Nasheed Award 2012
                        ARIN & FSNI, Izzatul Islam, Snada, dll

Ahad, 18 Maret 2012
10.00-12.00     Bedah Buku "Muhammad Al-Fatih 1453
                        Felix Siauw
10.00-12.00     Launching Buku "Catatan Sang Baby Girl"
Autobiographi Putri Nuraini Surachman
dr. Suzy Yusnadewi SpKj. (k) & Putri Nuraini Surachman
12.00-13.00     Talkshow "Progress RS Indonesia di Gaza"
                        Tim Mer-C
13.00-15.00     Talkshow "Gerakan Khataman 2012 santri Qur'an"
                        Ust. Jefri al-Bucori, David Khalik
15.00-16.00     Bedah Buku "yang tidak bedosa dilarang baca"
                        Agus Idwar
13.00-15.00     Bedah Buku "Bersikap Adil Terhadap Wahabi"
                        AM Waskito
16.00-18.00     Bedah Buku " Be a Writer Preneur"
                        Habiburrahman el Shirazy
19.00-21.00     11th Islamic Book Fair Closing Ceremony
                        Edcoustic, Izzatul Islam, Pemenang Idola Nasyid Indonesia, dll